Greetings dear readers / salam buat para pembaca

Knowing that I say it better in writing, and I do love writing, I decided to write my experiences and thoughts in this blog so this is my e-diary.

Don't speak Indonesian? No need to worry, it is written both in Indonesian and in English.

Happy Reading, everybody !
__________________________________________

Buat saya mengungkapkan isi hati dan pemikiran lebih gampang dilakukan dalam bentuk tulisan dan karena saya juga senang menulis, saya memutuskan menulis hal-hal yang saya alami dan yang ada dalam pikiran saya dalam blog ini.

Untuk yang tidak bisa berbahasa Indonesia, jangan khawatir, blog ini saya tulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

Selamat membaca !

Thursday, July 31, 2014

House Painting - Part 3

Paint and Brush; My House, My Palace.

Ini catatan dari ronde ketiga ngecat rumah. Yang pertama dan kedua bisa di baca di postingan saya dengan judul di atas itu.

This is the note on the house painting round three. The first and second can be found on my previous posts, see the above titles.

Saya suka mengecat.. ya, ya, anda bukan orang pertama yang menganggap aneh ada perempuan yang senang mengecat.. saya sudah menolong ayah saya mengecat rumah kami sejak saya masih remaja.. saya lupa kapan tepatnya, mungkin mulainya waktu umur saya antara 15-16 tahun.

I just like it.. yes, yes, you are not the first person who finds it odd for a girl to like that kind of work.. I have been helping my father painted our house since I was a teenager.. I forgot when it started, maybe when I was 15-16 years old.

Jadi jam terbang saya sebagai tukang cat sudah lumayan panjang tapi baru kali ini saya mengalami hal-hal yang belum pernah saya alami.

So I have quite a long experience as house painter but I have never met any of these before.

* * * * * *

Tantangan #1: Pohon Jeruk

Challenge #1: Lemon Tree

Di sudut kiri halaman rumah kami tumbuh pohon jeruk lemon dan jeruk nipis. Buah dan daunnya berguna tapi saya baru menyadari kalau posisinya merepotkan saya ketika akan mengecat tembok dibelakangnya.

There are lemon trees grow at the left corner of our house front yard. The  fruits and leaves are useful in cooking but I have never realized their position would give quite a challenge when I wanted to paint the wall behind them.

Dahan-dahannya penuh dengan duri yang besar dan tajam. Saya terpaksa harus minta ayah saya untuk memangkas beberapa dahan.


The branches are full with big and sharp thorn. I had to ask my father to cut few branches.

Sudah dipotong pun masih juga ada beberapa dahan yang posisinya di atas kepala saya yang durinya mencocok kepala saya atau punggung saya.

Even after the trimming there are few branches above my head which thorns still could prick my head or my back.

“Ah Keke, kita kan cuma mau colek-colek dikit. Jarang kan Keke datang ke dekat kita” kata si pohon jeruk.. (dalam khayalan saya semua benda itu hidup.. hehe..)


“Now Keke, we just want to pinch you a bit. It is not everyday you came near us” said the lemon trees.. (in my imagination everything is alive.. hehe..)

* * * * * *

Tantangan #2: Semut

Challenge #2: Ants

Saya tahu ada banyak semut di halaman depan tapi kok ya sepertinya dimana-mana semut melulu.

I knew there are ants in our yard but it seemed like they were everywhere.

Mereka naik ke tangan saya, lengan, kaki, punggung, leher, menempel di kuas.. eh, ngegigit pula!


They crawled up to my hands, arms, feet, back, neck, got stuck on the paintbrush.. man, they bite me too!

Jadi sambil mengecat, saya menggoyangkan kaki atau berhenti sebentar untuk menyentil jatuh semut yang merayapi kaki atau tangan dan entah berapa kali saya berjingkrak-jingkrak ketika merasa gigitan semut di kaki.

So while painting, I shook my legs or stopped for a while to snap an ant on my leg or arm and I don’t know how many times I danced like crazy when an ant bite me.

Yang menyebalkan adalah kedua tangan saya berlepotan cat. Bagaimana caranya mengusir semut kurang ajar yang menggigit saya kalau semut itu berada di balik baju saya?

How would I get rid that damn ant when my hands were full with paint splatter and it was inside my clothes?

Sekali ayah saya melihat saya berjingkrakan tidak karuan dan datang untuk menolong saya tapi dasar apes.., dia malah menginjak sarang semut. Yah, adegan berikutnya adalah saya dan bokap sama-sama berjingkrak-jingkrak karena diserang semut satu kelurahan.. hehe..

Once my father saw me moved like crazy and he came to help me but it wasn't his lucky day.., he stepped on ant hill. Yep, the next thing happened is my father and I danced like crazy when we were attacked by a legion of ants.. hehe..

Ayah saya menemukan cara untuk membalas dendam. Ketika dia mengecat pilar pagar, ada beberapa semut yang sedang berjalan-jalan disana.. ya yang terjadi berikutnya adalah; semua semut itu berubah warna menjadi putih karena ayah saya sedang mengecat tembok pilar dengan warna putih.. hehe.. dan kami berdua tertawa geli membayangkan bagaimana reaksi para semut lainnya saat melihat semut-semut ‘albino’ itu.

My father found his way to have his revenge. When he was painting the pillar, he saw some ants crawling around there.. the next thing happened is they were all became white because my father used white paint to paint the pillar.. hehe.. and we both had quite a laugh thinking what would the other ants react when they saw those 'albino' ants.

* * * * * *

Tantangan #3: Nyamuk

Challenge #3: Mosquito

Gigitan semut bukan satu-satunya yang menghiasi lengan dan kaki.


Ant bite wasn’t the only one that could be found on my arms and legs.

Kebayang ga sih ngecat sambil bawa semprotan nyamuk?

Could you imagine me painted the wall with one hand while having mosquito repellent on the other hand?

* * * * * *

Tantangan #4: Laba-Laba

Challenge #4: Spider

Saya bukan seorang yang phobia laba-laba selama yang saya temui adalah laba-laba berukuran kecil.

I am not a spider phobia person, well, not to the small ones.

Tapi kalau yang ukurannya lebih besar dari biskuit oreo.. hiiiii!!!..

But toward those which size is bigger than oreo biscuit.. eeeeeekkk!!!..

Ada seekor laba-laba berukuran agak besar yang membuat sarang di pohon tapi siapa duga kalau dia rupanya ada di pohon jeruk dan diam-diam dia turun lalu merayap di punggung saya.. untuk kemudian turun ke lengan saya..


There is a quite big spider nesting on the tree but I have never expected it to be in the lemon tree and quietly crawled down to get to my back.. down to my arm..

Saya kira semut yang merayapi lengan saya. Biji mata saya mungkin hampir melompat keluar ketika saya melirik lengan itu dan langsung bertatapan dengan si laba-laba.

I thought it was an ant crawling on my arm. My eyes were nearly popped out when I glanced at that arm and found myself looking at the spider.

Yah, kontan saja saya langsung menandak-nandak dan lari tunggang langgang.. masih dengan tangan kiri memegang kaleng cat dan tangan kanan memegang kuas.. hehe.. untung saja cat di kaleng tidak tumpah.

Well, I just jumped up and ran like hell.. still holding a can of paint on my left hand and paintbrush on my right hand.. lol.. lucky I didn’t spill the paint.

“Yah si Keke.. cuma mau bilang selamat pagi.. eh, dia malah kabur” mungkin begitu kata si laba-laba.

“Geez Keke.. I just wanted to say good morning.. and she ran off” prpbably that what the spider said.

Hehe..

* * * * * *

Tantangan #5: Takut Ketinggian

Challenge #5: Height Phobia

Mau ngecat pilar atau jendela yang posisinya tinggi tidak akan bisa terjangkau kecuali naik ke atas tangga. Tapi karena saya takut ketinggian akhirnya kursi jadi pilihan yang lebih baik dari pada tangga.

There is no other way to reach the top of pillar or window beside getting on the ladder. But since I have height phobia, chair was a better option than ladder.

Tapi karena tanahnya tidak rata, posisi kursi jadi miring dan tidak seimbang.. haduh, saya sampai sempat memeluk pilar ketika kursi yang saya naiki bergoyang.


But since the ground is not flat, the chair couldn’t stand balancely.. good God, once I had to hug the pillar when the chair I was standing on shook unsteadily.

“Gue dipeluk sama si Keke!” si pilar teriak “Mimpi apa gue semalem? Setelah hampir 20 tahun jadi pilar rumahnya baru sekali ini dia peluk gue”

“Keke hugs me!” exclaimed the pillar “I didn’t even dream it last night. After nearly 20 years being her house pillar this is the first time she hugs me”

Hehehe.. mengkhayal lagi deh..

Hehehe.. just another imagination..

* * * * * *

Tantangan #6: Ulat Bulu

Challenge #6: Caterpillar

Ada satu jenis pohon yang sangat digemari oleh ulat bulu. Jadi setiap kali saya atau ayah saya akan mengecat tembok di dekat pohon ini, kami meneliti dulu daun-daunnya untuk memastikan tidak ada ulat bulu..


There is one plant that caterpillar likes so much. So whenever my father or I was going to paint the wall near this plant, we made sure there was no caterpillar in the leaves..

Soalnya bulunya si ulat bikin gatal luar biasa kalau kena kulit manusia.


Caterpillar has soft, thin fur around its body that makes it so itchy if it gets to human skin.

* * * * * *

Tantangan #7: Ngecat pagar bikin frustrasi

Challenge #7:  It's so frustrating doing fence painting

Masalahnya pagar saya terdiri dari bilah-bilah berukuran kecil jadi mengecatnya tentu harus satu-satu dan harus dilihat apa sudah rata serta jangan sampai ada yang terlewat.


The problem is my fence is made of small steel strip and so I had to paint them one by one, had to check if they have been painted thoroughly.

Kelihatannya mudah.. ho.. ho.. kenyataannya lama-lama bikin mata jadi juling..

Looks easy.. ho.. ho.. it would make your eyes spin..

                                             * * * * * *

Tantangan #8: Gatal-Gatal

Challenge #8: Itchy

Saya tidak tahu apa saya alergi pada debu tanaman atau mungkin pada tanamannya atau serangga atau entah apa tapi yang jelas tangan, lengan dan tumit atas gatal.

I don’t know whether I am allergic to dust or maybe to plants, insect or whatever but one thing for sure my hands, arms and knees are itchy.

Gatal-gatal itu menggila di hari Selasa malam (29/7), hari kedua dan terakhir dari libur Lebaran. Saya sudah sulit tidur karena terlalu capek (dua hari itu saya tidak hanya mengecat tapi juga membersihkan rumah serta memandikan Doggie) dan seluruh badan pegal linu.. eh, masih ditambah dengan gatal-gatal..


That itch went wild on Tuesday night (July 29th) the second and last day of Lebaran holiday. I couldn’t sleep because I was too exhausted (I didn’t spend those days doing just house painting, I also did house cleaning and bathed Doggie) and my entire body hurt.. the itch made me nearly up all night.


Jalan keluarnya? Saya minum obat paracetamol untuk menghilangkan pegal linu dan untuk membuat saya bisa tidur.

Solution? I took paracetamol tablet to get rid the muscle pain and to make me sleep.

* * * * * *

Jadi begitulah pengalaman unik yang baru sekali ini saya temui sewaktu mengecat tembok di halaman depan.

So those are my unique experience when I was painting the wall in the front yard.

Kapok? Oh, tidak. Pengalaman membuat kita semakin pintar, betul kan?

Quit? Oh, no. Experience makes us smarter, right?

Jadi kali berikutnya saya harus mengecat tembok di halaman rumah.. saya akan pakai baju besi yang anti nyamuk, anti semut, anti laba-laba dan anti ulat bulu.. hehe..


The next time I have to paint the wall in the yard.. I would put on armor suit that has mosquito proof, ant proof, spider proof and caterpillar proof.. hehe..

Wednesday, July 30, 2014

Another Don’t-Worry-Be-Happy Day

Minggu (27/7).. jam 4 pagi.. duh, ini sudah pagi ya?.. 5 menit lagi ah..


Sunday (July 27th).. 4 am.. is it morning already?.. give me 5 more minutes..

4.15.. ya ampun! Sudah jam berapa sekarang?

4.15 am.. gosh! What time is it now?

4.25.. ga pengen bangun, ga pengen kerja.. eh, ga tau diri, lu! bukannya bersyukur punya pekerjaan.. bukannya bangun dengan hati bersyukur, ini malah berkeluh kesah.. hiks..

4.25 am.. don’t wanna get up, don’t wanna go to work.. hey, you, stop whinning! Should be grateful to have a job.. should get up with a grateful heart, instead, you groan..

4.35.. belum, Doggie, belum boleh keluar.. ini masih pagi banget. Nanti ya..

4.35 am.. no, Doggie, you can’t go out yet.. it’s still dark outside. Later ok..

Jam 5.. Ke, sarapan yang bener dong, mana kenyang makan secuil begitu.. komentar bokap sewaktu melihat porsi sarapan saya yang super duper seuprit.. yah, jam 5 pagi begini yang ada sih bukan lapar tapi ngantuk..

5 am.. Keke, that’s not a proper portion.. dad protested when he saw my tiny portion of breakfast.. geez, at this hour I am not hungry, I am sleepy..

5.30.. belum, Doggie.. belum boleh keluar.. jangan ngebuntutin terus dong (Doggie membuntuti saya karena ingin saya membukakan pintu supaya dia bisa keluar. Saya mandi, dia duduk di depan pintu kamar mandi. Saya dandan di kamar, dia ikut masuk dan membaringkan diri di lantai. Saya sarapan, dia duduk di dekat kaki saya..)


5.30 am.. no, Doggie.. you can’t get out yet.. stop following me around (Doggie followed me around because he wanted me to open the door so he could get outside the house. I took a bath and he sat infront the bathroom door. I get dressed, he got inside and lied down on the floor. I had breakfast, he sat near my foot..)

Jam 6.15.. mang, mau jalan atau ngetem?.. ga apa-apa kalau mau ngetem, tapi jangan ngajak-ngajak saya.. (buset si Keke.., pagi-pagi sudah judes ke supir angkot.. hehe.. sori mang, tapi percuma aja keluar rumah pagi-pagi cuma buat duduk bengong di angkot yang lagi ngetem. Kalau ngetemnya cuma 5 menit sih ok aja, tapi 15 menit, bro.. Jaka Sembung ngasah golok banget)

6.15.. are you leaving now or are you gonna wait for passanger?.. that’s fine if the last is your option, carry on without me.. (Nice, Keke.., it’s still early to be nasty to angkot driver.. hehe.. sorry, but what’s the point of leaving the house early in the morning only to sit in angkot that is waiting for passanger. It’s ok if it’s just for 5 minutes, but 15 minutes, bro.. you don’t wanna see me go crazy)

6.30.. kalau angkot jalannya ga kayak kura-kura, ga rajin berhenti dan jalanan bebas macet, 10 menit sampai.. jalan kaki dikit kira-kira 5 menit.. sampai deh di kantor.


6.30.. if angkot doesn’t go as slow as a turtle, not making many stops and the traffic is not jammed, it takes only 10 minutes.. follow by walking about 5 minutes.. and I get at the office.

6.35 - 8.00.. cek dan ricek, persiapan-persiapan terakhir sebelum ibadah mulai lengkap dengan segala kemeriahan hal-hal yang bikin senewen.. pagi ini misalnya.. Ke, windows di laptop ga bisa dibuka.. waduh??.. 5 menit kemudian.. Beres, Ke..

6.35 - 8.00.. check and re-check, last preparation before the service began, all full with merry nerve breaking stuff.. this morning for example.. Keke, can’t open windows in laptop.. huh??.. 5 minutes later.. it’s working, Keke..

Baru lagi tarik napas lega.. Ka, sudah jam 7.45.. pembicaranya belum datang. Dia tahu kan lokasi kita? atau kena macet?.. iya, nanti gue telpon biar tahu posisinya ada dimana dia.. eh, baru angkat telpon, pembicaranya masuk..

Just sighed the relief.. Sis, it’s 7.45.. the speaker hasn’t arrived yet. Does he knows our location? Or got stuck in the traffic?.. I’ll call him to know where he is now.. well, I was just picked up the phone when the speaker walked in..

Dan orang-orang terus berdatangan. Hai, Keke.. pagi, Keke.. semua gembira bertemu dengan saya.. orang yang mereka temui seminggu sekali..

And people came. Hi, Keke.. morning, Keke.. everyone looked happy to meet me.. somebody whom they met once a week..

Saya juga gembira bertemu dengan mereka.

I was happy to meet them as well.

-- Absence makes the heart longed --

8.15.. wah, perut kukuruyuk nih.. semua sudah duduk manis di ruang ibadah, ruangan saya sepi.. enaknya sarapan ronde kedua. Bekal makan siang di makan dikit ah.. hmm, sambil ngopi.. sedappp..


8.15 am.. aww, my stomach just screamed.. well, everyone has taken their seat in the room, leaving my room empty.. perfect time to have second round of breakfast. I’ve got my lunch meal, just had some of it.. mmm, with a glass of coffee.. yumm..

Tidak ibadah?

Not attending the service?

Ga.

Nope.

Ga takut jadi kafir lu? Ga takut sama penilaian orang? Ga takut sama neraka?

Not afraid to become a gentile? Not worry about what people may think about you? Not scared of hell?

Kehidupan adalah ibadah, Tuhan mengajar lewat hal-hal yang terjadi dalam kehidupan dan Dia bicara lewat perbuatan, sikap serta kata-kata saya atau orang lain.


Life is the service, God teaches through the things in life and He speaks through my own attitude, behavior and words, mine or others.

Saya punya cara dan pengertian sendiri tentang ibadah. Lantas kenapa kalau hal itu tidak sama dengan cara dan pengertianmu? Memangnya isi kepala kita harus selalu sama?

I have my own way and understanding about service. What’s the big deal if it’s different with yours?  Must we have same minds?

11.00.. ibadah sudah lama selesai. Orang-orang pulang. Ah, sepi juga akhirnya. Tinggal saya dan teman-teman terdekat. Ka, kita jalan-jalan yuk ke PGB..Jadilah saya dan tiga orang teman pergi ke mal PGB. Window shopping dan akhirnya beli ini itu juga.


11 am.. the service has long over. People have gone home. It was quiet.. ah, at last.. There were just me and few closet friends stayed in the office. Hey sis, let's go to PGB mall.. so me and three friends went there. Window shopping that ended up with each of us bought stuff.

Besok Lebaran dan di pinggir jalan penuh dengan pedagang musiman. Wah nyesel ga bawa kamera. Mmm.. kalau motret tapi ga beli dagangannya, kira-kira bakal di sambit pake sandal ga ya sama abang penjualnya?.. hehe..

It’s Lebaran day tomorrow and the sidewalk was full with vendors. Shot, I forgot to bring my camera. Mmm.. but if I just take pictures without buying anything, would the vendor throw his sandal at me?.. lol..

Jadi deh motretnya ngumpet-ngumpet dan pake kamera hp.. tidak terlalu berharap fotonya bakal bagus tapi ternyata hasilnya tidak jelek-jelek banget.


So I sneaked to take picture and it was using my cellphone.. didn’t expect it to be a good one but it turned out not so bad.

Wah, banyak banget orang di dalam mall PGB. Sampai susah jalan. Tapi kami maju terus, pantang mundur dong..


Gosh, it was so crowded in PGB Mall. Hard to get through such crowd. But we kept moving, not a quitter..

Jam 1 siang.. kami berpisah. Pulang ke rumah masing-masing.

1 pm.. we splitted. Went home.

Sampai rumah; mandi, makan dan tidurrr..

Arriving home; took a shower, had lunch and went to bed..

Purifier

.. Penjernih..

“Sekarang tidak usah repot masak air lagi” Andre menunjuk ke sudut dapur “Saya beli water purifier. Air masuk ke situ dan bisa langsung kita minum”

“No more boiling drinking water” Andre pointed to the kitchen corner “I bought a water purifier. Put the water in it and we can drink it”

Oh gitu ya? Saya menatap alat penjernih air itu dengan rasa skeptis.

Oh is that so? I stared it skeptically.

Soalnya biar katanya air dari mata air di gunung, air yang sudah dijernihkan.. bla.. bla.. bla.. sori say, buat saya air minum yang aman adalah air yang di masak sampai mendidih.


No matter it is said the water came from mountain spring, purified water.. bla.. bla.. bla.. sorry hun, the safe drinking water is the one that has been boiled.

Andre tahu minum air yang tidak di masak akan bikin saya batuk dan akhirnya bisa jadi sakit tenggorokan.

Andre knew drinking water that is not boiled makes me cough which eventually gives me sore throat.

“Mudah-mudahan yang ini bisa benar-benar aman buat tenggorokan kamu”

“I hope this thing purifies the water and makes it really safe for your throat”

Saya cuma nyengir karena saya toh akan tetap masak air.

I just grinned because I still prefer to boil the water first before I drink it.

Saya berpendapat itu satu-satunya cara untuk membunuh segala kuman dan bakteri dalam air.

In my thinking it is the only way to kill all the germs and bactery in water.

Demikianlah malam itu saya berdiri di depan alat penjernih air itu sambil berpikir..Air yang dijernihkan hanya membuat air menjadi kelihatan bening tapi belum tentu otomatis membebaskan air itu dari kuman dan bakteri.


So that night I stood infront of the water purifier and did some thingking.. Water purifier makes the water looks clear but not automatically makes it free of germs and bactery.

“Saya sudah terlalu kenal kamu dan saya yakin bukan urusan air saja yang lagi kamu pikirkan sekarang ini” Andre tersenyum “Soalnya kamu tidak akan kelihatan begitu serius”

“I have known you well and I am sure this water stuff is not the only thing you have in your mind right now” Andre smiled “You wouldn’t look this serious if it were just the water”

Saya menghela napas “Yah, saya sedang berpikir bahwa agama dan pendidikan hanya bisa memoles manusia agar kelihatan cling tapi tidak membunuh kuman dan bakteri dalam dirinya”

I sighed “Yeah, I was thinking that religion and education can only make people polished but not killing the germs and bactery within”

“Ada yang meresahkan hati kamu?” dia menarik saya dalam pelukannya “Mau ceritakan pada saya?”

“Something troubles you?” he pulled and hugged me “Wanna tell me what that is?”

“Bukan sesuatu yang meresahkan” saya tersenyum “Hanya sesuatu yang membuat saya heran”

“It is not troubling me” I smiled “It is just something that puzzles me”

Dia diam saja jadi saya ceritakan tentang seseorang yang saya temui hari Minggu (20/7). Sepanjang hari itu dia tidak menegur saya. Awalnya tidak saya perhatikan karena begitu banyak orang yang datang dan saya juga sibuk. Tapi kemudian saya menyadarinya.

He didn’t say anything so I told him about a person I met on Sunday (July 20th). This person didn’t say a word to me. At first I didn’t notice it because there were so many people came and I was busy. But later I realized it.

Saya berdiri didekatnya dan bahkan didepannya tapi dia bukan saja tidak mau menegur saya, dia tidak mau memandang saya.

I stood closed to her and even infront of her but it was not only she didn’t say a word to me, she didn’t want to look at me.

“Ada masalah antara kamu dengan dia?” tanya Andre “Atau mungkin kamu bikin dia marah?”

“Is there a problem between the two of you?” asked Andre “Or maybe you pissed her out?”

Saya spontan tertawa geli “Masalah apa?.. oh, ya, mungkin gara-gara dia di minta untuk mencantumkan rincian pengeluaran dari acara yang diadakannya”

I laughed spontaneously “What problem?.. oh, yeah, probably because she was asked to write the details of the event expenses, the event she organized”

“Atas permintaan kamu?”

“Under your request?”

“Bukan! Itu bukan wewenang saya. Teman saya yang minta dan dia juga yang bicara langsung ke orang itu”

“No! It is not my authority to do such thing. My friend asked for it and he has spoken to her”

Saya menceritakan bagaimana orang itu bersikukuh menolak rincian pengeluaran dicantumkan dalam warta mingguan kantor sehingga teman saya akhirnya terpaksa harus menghubungi senior kami untuk memintanya bicara langsung pada orang itu.


I told him how that person persistently refused to put the details of the expenses on our weekly bulletin that it made my friend had to call our senior to ask him to speak to that person.

“Lantas?” tanya Andre.

“And? asked Andre.

Saya tertawa “Oh, dia menghubungi saya dan memberikan rincian itu karena senior kami memintanya untuk melakukan hal itu”

I laughed “Oh, she contacted me and gave that details because our senior asked her to do that”

“Itu pasti bikin dia kesal setengah mati” Andre nyengir “Dan mungkin dia melampiaskan kekesalannya ke kamu karena tidak berani melakukannya ke teman kamu atau senior kalian”

“That must be pissed her off” Andre grinned “And maybe she put the blame on you because she didn’t have the guts to declare war to your friend or to your senior”

“Yap, memang begitulah dia”

“Yep, that’s so her”

“Lebih baik jauhi saja orang kayak gitu”

“Better stay away from people like that”

“Ah, kalau dia ngomong ke saya, masa sih saya cuekin dia?”

“Now, if she speaks to me, would I ignore her?”

“Berhati-hati sajalah menghadapi orang seperti itu” Andre mencium kening saya “Dia tidak berani menunjukkan kemarahan atau kekesalannya pada teman kamu dan senior kamu karena pastilah mereka punya posisi yang lebih tinggi dari kamu dan karena itu dia melampiaskannya ke kamu”

“Be on your guard when dealing with people like that” Andre kissed my forehead “She has no guts to show her anger or upsetness to your friend and your senior because they must have higher position than you and so she threw it to you”

“Atau mungkin sebaiknya kamu bicarakan hal ini ke senior kamu saja?” dia mendesak ketika dilihatnya saya diam saja.

“Or maybe you should tell this to your senior?” he went on when he saw me quiet.

“Ah buat apa?” saya kaget “Saya bukan tukang ngadu yang langsung lari ke dia begitu ada masalah. Lagi juga perkara gitu aja kok dibikin heboh”

“What’s that for?” I was surprised “I am not the kind of person who would run to him whenever I have problem. It’s just a small thing not worth to make such a big fuss”

Andre menghela napas “Yah, kalau memang bukan perkara serius seperti katamu tadi, mudah-mudahan akan jadi beres dengan sendirinya”

Andre sighed “Yeah, if this is not a big deal just like you said then hopefully it will be okay eventually”

Saya mengangguk. Tidak mengatakan padanya bahwa kira-kira sebulan lalu orang yang sama ini melontarkan kata-kata yang tidak menyenangkan pada saya ketika kami sedang membicarakan orang yang kami kenal yang baru saja meninggal. Dia mengatakan sebaiknya saya rajin ibadah supaya nanti kalau saya meninggal, akan ada orang yang mendoakan saya.

I nodded. I didn’t tell him that about a month ago this person said unpleasant thing to me when we were talking about somebody we knew whom just passed away. She told me to attend church faithfully so when I die, I shall have people to pray for me.

Dia adalah satu dari beberapa orang yang tahu saya tidak pernah lagi ikut ibadah.

She is among the few people who knew I don’t attend the service.

Tapi sebagai seorang yang lebih tua dan terutama sebagai pengajar agama, kata-kata demikian seharusnya tidak diucapkannya.

But as someone who is older and especially for someone in her position as she teaches about Christianity, such words shouldn’t be spoken by her.

Kata-katanya tidak hanya membuat saya kaget dan heran tapi juga bisa membangkitkan amarah saya. Kalau saya kemudian tidak mau lagi menegurnya atau bersikap tidak memperdulikannya (seperti sikapnya pada saya pada hari Minggu itu), saya tidak bisa seratus persen dipersalahkan.. tapi saya tidak bersikap seperti itu. Saya padamkan amarah dalam hati dan karena itu saya jadi bisa bersikap biasa saja.


What she said not only surprised and amazed me but quite brought up the fire in me. If I then went quiet or ignored her (just like she did to me on that Sunday), I wouldn’t get one hundred percent blamed for that.. but I didn’t behave like that. I extinguished the fire within me and it enables me to put a civilized manner to her.

Saya memandang penjernih air itu dan tertawa kecil.

I stared at that water purifier and quietly laughed.

“Kenapa?” Andre bertanya.

“What?” Andre asked.

“Saya lagi mikir seandainya ada alat penjernih jiwa, mau saya cemplungin orang itu ke dalamnya supaya segala kuman dan bakteri yang mengotori hati, pikiran atau jiwanya bisa mati semua dan dia keluar sebagai orang yang berbeda, menjadi orang yang lebih baik”

“I was just thinking if there were soul purifier, I would throw her into it so all the germs and bactery that spoiled her heart, mind or soul would be dead and she came out a different person, a better one”

“Bukan cuma dia” Andre tertawa “Kita semua perlu dijernihkan”

“Not just her” Andre laughed “We all need to be purified”

Saya ikut tertawa. Ya, di dalam diri kita terdapat berbagai macam hal yang meracuni pikiran, hati dan jiwa. Hal-hal yang membuat kita berpikir atau bertindak tidak bijaksana, hal-hal yang menyakiti orang lain.

image:www.frontiersnova.com
I laughed. Yes, we have so many things that poisoning our minds, hearts and souls. Things that make us think or act unwisely. Things that hurt people.

Wednesday, July 23, 2014

I Care, You Care, We Care

..Kepedulian..

Seorang teman saya pernah dengan garang menulis di status facebooknya menanggapi reaksi tidak menyenangkan dari orang-orang terhadap sikap tegasnya membela perempuan dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga.

My friend was once wrote a quite fierce facebook status to respond some people’s unpleasant reaction when she defended women who are the victim of domestic violence.

Rupanya ada orang-orang yang menganggap pembelaannya untuk wanita-wanita teraniaya itu sebagai tindakan yang berlebihan, sesuatu untuk mencari perhatian.

I assumed there were people thought she was over reacted, she just wanted to get attention when she defended those abused women.

Bukanlah hal aneh kalau orang menunjukkan sikap skeptis ketika melihat atau menerima suatu kepedulian yang dilakukan oleh seseorang.

It is not a strange thing when people or a person being skeptical upon seeing or receiving kindness from somebody who cares.

Lalu apakah kita akan berhenti peduli ketika diperhadapkan dengan respon skeptis seperti itu?

So will we stop to care when we bump into such skeptical reaction?

Semuanya tergantung seberapa besarnya rasa kepedulian yang ada dalam diri kita.

It is all depend on how big that careness in us.

Kalau kepedulian itu bagaikan api yang membakar, membara di dalam hati.. dia akan menjadi pendorong dan sejuta komentar negatif dari siapa pun tidak akan membuat kita mundur.

If the feeling is like a burning fire, raging inside.. it makes it the best motivator and a million negative comment will not make us back away.

Karena kalau yang berkomentar itu tidak merasakan apa yang kita rasakan, bagaimana kita bisa berharap apalagi menuntutnya untuk bisa mengerti, menerima atau mendukung apa yang kita lakukan..

If people don’t feel what we feel, how can we hope let alone demand them to understand, accept or support us?

* * * * * *

..Kepedulian..

Hari Selasa (22/7).. saya keluar untuk menjemur kain pel yang sudah saya cuci setelah dipakai untuk mengepel lantai rumah.

Tuesday (July 22nd).. I went outside to hang the cloth I just washed after used it to mop the floor.

Saat itulah terpandang oleh saya lampu jalanan di dekat rumah saya.. astaga! Lampu itu masih menyala!


It was then that I looked up and saw the streetlight near my house.. oh geez! It hasn’t turned off.

Jadi saya keluar untuk mematikannya.

So I got outside to turn it off.

Saya lupa sejak kapan saya jadi petugas yang mematikan lampu jalan itu karena tidak pernah ada surat pengangkatan dan juga tidak pernah ada upacara peresmiannya.. hehe..

I can’t remember when I become person in charge to turn off that streetlight because there is no appointment letter and it is never be made official either.. hehe..

Dulu sekali.. mungkin lebih dari setahun lalu.. tugas untuk menyalakan-mematikan lampu-lampu jalan dilakukan oleh satpam yang menjaga di RT saya. Tapi tugas itu mulai berantakan setelah satpam itu berhenti dan ada kurun waktu sekitar 2-3 bulan tanpa satpam.

Back then.. probably more than a year.. the task to turn on/off the streetlights was done by security guard in my neighborhood. But the job has since been abandoned when the guard quited his post and for about 2-3 months there wasn’t any guard.

Pada waktu itu entah siapa yang menyalakan lampu-lampu jalan setiap sore tapi siapa pun yang melakukan itu, esok paginya dia tidak mematikannya.

At those time I didn’t know who turned the streetlights on every evening but whoever did that, that person didn’t turn them off on the next morning.

Saya tidak peduli ketika itu karena berpikir itu bukan tanggung jawab saya.

I didn’t care at that time because I thought it wasn’t my responsibility.

Sampailah pada suatu hari ketika saya pulang siang dan saya kaget melihat lampu-lampu itu masih menyala. Itu artinya tidak ada seorang pun yang tergerak hatinya untuk mematikannya ketika melewati lampu-lampu itu.

Until one day I got home in the afternoon and I was surprise to see those streetlights were still very much on. It means nobody was moved to turn them off when he/she passed them.

Tidak seorang pun peduli.

Nobody cared.

Saya mencoba untuk tidak peduli.

I tried not to care.

Tapi kemudian saya berpikir lampu yang menyala sepanjang hari adalah suatu pemborosan listrik dan tentunya akan membuat lampu itu cepat rusak. Kalau dia mati belum tentu bisa cepat di ganti dan itu artinya tidak akan ada penerangan di jalan. Lagi pula, harga lampu kan tidak murah.

But later I thought it would be electric waste to let a lamp goes on the whole day and it would shortened the light bulb’s life. It wouldn’t nice to have the street dark without light if the light bulb can’t work while they don’t quickly replace it with a new one. Besides, light bulb is not cheap.

Akhirnya saya memutuskan setiap pagi saya akan mematikan lampu jalan mana pun yang masih menyala ketika saya melewatinya dalam perjalanan menuju tempat angkot. Dan kalau kebetulan saya pulang malam serta melihat lampu jalan belum ada yang menyalakan maka saya akan berhenti sebentar untuk menyalakannya. Bahkan berapa kali saya keluar dari rumah ketika melihat lampu jalan belum dimatikan atau dinyalakan.

Finally I decided I am the one who turning off the street light that I pass by on my way to angkot shelter every morning. And when I get home in the evening and see no one turn them on, I am the one who is turning them on. It even happened several times when I got outside to turn the street light off or on.

Yang repot kalau saya libur karena saya tidak bangun sepagi biasanya dan kadang begitu bangun saya langsung sibuk dengan pekerjaan bebersih rumah sehingga saya lupa lampu jalan di depan rumah saya belum dimatikan.


The thing is I don’t get up early in my off day and once I get up I soon get busy with house cleaning so I forgot that the streetlight infront of my house is still on.

Kan ada tetangga yang bisa mematikan lampu itu..mungkin anda akan berkata demikian.. yah, awalnya saya juga berpikir begitu tapi..

There’s neighbor who can turn it off.. you may say it.. yeah, I thought about that too at first but..

Seperti yang saya tulis tadi di atas, tidak ada yang peduli dan itu belum berubah sekali pun tetangga-tetangga sekitar rumah telah beberapa kali melihat saya mematikan lampu itu. Mungkin mereka berpikir itu toh sudah dilakukan oleh Keke jadi ada Keke atau tidak ada Keke, mematikan lampu adalah urusan Keke dan bukan urusan mereka.

Just as I have written it above, nobody cares and it has not changed though my neighbors have seen me turn the streetlight off. Maybe they thought it has been done by Keke so whether there is Keke or not, turning off the street light is Keke’s thing and not their thing.

Awalnya saya kesal dan heran. Tapi kemudian saya pikir kalau memang hanya saya yang merasa terbeban untuk mematikan atau menyalakan lampu jalan maka itu artinya kepedulian itu adalah untuk saya dan karenanya sayalah yang memang harus melakukannya.

At first it annoyed and puzzled me. But then I thought if I am the only one who feels obliged to turn the streetlight on or off then it means the care feeling is given to me and therefore I am the one who is chosen to do the job.

Rasa peduli tidak bersifat menular dan tidak bersifat instan.

The feeling of care is not a contagious thing and it is not appear instantly.

Seorang pengemis atau pengamen jalanan misalnya.. ada banyak orang yang melihat dan melewati mereka tapi ada yang memberi dan ada yang tidak. Itu artinya ada yang peduli dan ada yang tidak.


Take a street beggar or musician as an example.. people see and passing them but some give them money and while others give them nothing. 

Lalu apakah orang yang tidak memberi uang adalah orang yang tidak peduli? Belum tentu.

Those who just pass and give no money, do they heartless? No.

Tetangga-tetangga saya yang tidak peduli dengan urusan lampu jalan adalah orang-orang yang telah banyak menolong kami terutama ketika orang tua saya sakit dan harus masuk rumah sakit.

My neighbors who don’t care about the streetlight are the ones who helped us especially when my parents got ill and had to be hospitalized.

Dari situ kita bisa melihat bahwa setiap manusia memiliki kepedulian yang berbeda-beda.

It shows how each person has different object of care.

Seseorang yang pernah mengalami kekerasan dalam rumah tangga bisa tergerak hatinya untuk menolong atau membela orang lain yang dilihatnya sedang menjadi korban kekerasan yang sama.

A person who once suffered domestic violence may feel moved to help or defend others whom suffer the same kind of violent.

Seseorang yang pernah mengalami pahitnya dampak peperangan akan berusaha untuk menciptakan perdamaian.

Somebody who has endured the bitterness of war will seek ways to create peace.

Seseorang yang pernah kehilangan orang tercinta karena di tabrak oleh pengemudi yang mabuk akan berusaha meningkatkan kesadaran pengemudi untuk tidak mengemudi setelah minum minuman beralkohol untuk mencegah supaya jangan sampai ada orang lain yang akan jadi korban dalam kasus kecelakaan lalu lintas akibat pengemudi yang mabuk.

Somebody who lost loved one in auto accident that collided with a drunk motorist may try to raise people’s awareness about the danger of drive under the influence of alcohol to prevent more people have to lost their lives in auto accident.

Seseorang yang mencintai gedung-gedung bersejarah mungkin akan berdemo menentang keputusan dewan kota untuk menghancurkan satu gedung tua yang oleh dewan kota dinilai tidak punya arti tapi oleh orang itu dinilai sebagai bangunan bersejarah yang harus dilestarikan.


Somebody who loves historical buildings may go in a demonstration to protest the city’s decision to demolish an old building which they consider has no value which the person sees as historical building that should be conserved.

Kesimpulannya; tidak ada satu manusia pun yang tidak memiliki rasa peduli. Hanya saja, rasa kepedulian setiap manusia tidak selalu jatuh pada hal yang sama.

The conclusion is this; none of us has no feeling of care. It is just that we care for different things.

Tuhan telah mengaturnya demikian supaya setiap bagian dalam hidup ini menjadi seimbang. Kalau tidak, apa jadinya kalau semua orang hanya peduli pada anak yatim dan tidak ada yang peduli pada pengemis, janda-janda, lansia, anak jalanan, korban kekerasan dalam rumah tangga, pengungsi, hutan, gedung tua, lampu jalan.. dll..?

God has made it this way to balance every aspect in this life. Otherwise, what would happen if all people care only for the orphan children and none cares for the beggars, widows, elderly people, street children, victims of domestic violence, refugee, forrest, old buildings, street light.. etc..?